Cerita Masa Kecilku
Aku dilahirkan dari keluarga seorang petani dikampung salah
satu kabupaten yang ada di Jawa Barat tepatnya di Sukabumi, disanalah tempat
kelahiranku berasal.
Aku memiliki dua saudara perempuan dan aku anak laki-laki
satu-satunya, sehingga orang tuaku mungkin sangat mengharapkanku untuk
meneruskan perjuangan mereka. Namun entah kenapa sejak aku keluar SD aku
bercita-cita untuk melanjutkanku ke SMP / SLTP (waktu itu ), padahal orang
tuaku sangat keukeuh alias mesti harus melanjutkan sekolahku ke MTS yang baru
di bangun oleh saudara ayahku sendiri; tapi entah kenapa hati iini terasa
berontak dan tak mau rasanya melanjutkan ke MTS padahal jaraknya cukup dekat
dari rumahku hanya berbeda kampung dan masih satu desa,; lantas aku
bercita-cita sejak masuk kelas enam SD ingin melanjutkanku ke SMP/ SLTP 1 yang
pada waktu itu menjadi sekolah Favorit di daerahku selain muridnya banyak juga
kualitasnya cukup oke, yang jelas aku ingin merasakan pergi ke Sekolah dengan
menggunakan Mobil meskipun harus naik angkot; dasar anak bandel mungkin inilah
kata orang tuaku begitu padahal di Sekolah / Madrasah yang baru di bangun
saudara ayahku itu cukup megah dan disediakan asrama Pondok Pesantren, tapi aku
lebih baik memilih SMP/ SLTP dan mondok di tempat saudara yang agak dekat
dengan akses jalan raya.
Sejak masuk kelas enam SD aku punya sahabat karib perempuan
dia bernama Susi dia adalah orang yang menemani belajarku selama di kelas enam,
Karena aku ingin melanjutkan ke Sekolah favoritku, aku habiskan hari-hariku
untuk belajar bersama seusai pulang sekolah dan mengganti jam bermain dengan
jam belajar dan menghapal bersama sang sahabat karib perempuanku.
Singkat cerita tibalah waktu Ujian Nasional (UN) dan selang
beberapa bulan menjelang akhir tahun pelajaran sekolah tibalah saat-saat yang
paling menegangkan yaitu pengumuman kelulusan serta hasil Nilai Ujian (waktu
itu masih menggunakan nama NEM) dan alhamdulillah NEM ku 36 masuk standar minimal
untuk masuk ke sekolah Favoritku SLTPN 1 Sukaraja, dan sahabat karibku
mendapatkan NEM 29. Singkat cerita aku dan sahabat karibku tidak bisa
bersama-sama lagi seperti halnya masih di kelas enam SD karena harus
melanjutkan ke Sekolah yang berbeda karena NEM sahabat karibku kurang memenuhi
standar penerimaan siswa baru untuk SLTPN 1 dan pada akhirnya dia (sahabat
karibku) melanjutkan ke SLTPN 2 Sukalarang.
Dan itulah akhir perjuangan aku bersama sahabat karibku
(SUSI)
SEKOLAH FAVORITKU DAN PONDOKKU TERCINTA
Setelah aku keluar dari SD dan orang tuaku pun tidak bisa
memaksaku untuk melanjutkanku ke Madrasah Tsanawiyah milik saudaraku; mungkin
melihat kegigihanku selama belajar di kelas enam SD lalu sehingga Alhamdulillah
Alloh mengabulkan do’aku selama ini dengan berbekal NEM 36 aku didaftarkan
guruku ke Sekolah Favorit ku waktu itu; tapi orang tuaku berkeinginan agar aku
tinggal di Pondok Pesantren dimana bibiku tinggal “ disanakan ada Pesantren
dimana Kakakku juga belajar mengaji disana” kata orang tuaku dan aku pun
mengiyakan usulan itu, karena selain tempatnya lebih dekat ke Jalan Raya dan
akupun tidak ingin kalau sekolah meninggalkan kesempatan untuk belajar agama,
makanya akupun mensetujui apa yang orang tua ku inginkan.
Setelah aku masuk di Sekolah Favoritku ada hal yang cukup
menarik dan masih saya inggat sampai sekarang yaitu saat Masa Orientasi Siswa
(MOS) aku disuruh oleh Kakak seniorku untuk membawa kacang hijau sebanyak 1996
dan pentungan beduk dan akupun seusai pulang MOS aku langsung minta pertolongan
bibiku untuk membelikan kacang hijau sebanayak 1996 dan konyolnya aku dan
bibiku kacang hijau yang begitu kecil harus aku hitung satu persatu agar sesuai
dengan permintaan seniorku ; karena takut kena sanksi mungkin waktu itu karena
sekolah itu yang aku idamkan sejak kelas enam SD dan kalau aku tidak ikuti
aturannya nanti aku kena sanksi, pikirku waktu itu; kacang hijau satu persatu
aku hitung bersama dengan Bibiku sampai 1996 biji dan pesenan satu lagi aku
minta pertolongan pada pamanku yaitu membuat pentungan beduk berwarna merah.
Akhirnya sang pamanpun mengikuti apa yang aku inginkan sehingga semalam suntuk
pamanku tidurnya agak malam karena terganggu harus membuat pentungan berwarna
merah pesananku.
Esok paginya aku pun sudah siap berangkat semua pesanan kakak
seniorku untuk MOS hari ini sudah lengkap termsauk pentungan merah yang sengaja
dibuat oleh pamanku sendiri.
Wish pentungannya sebesar yang ada di Mesjid sebelah sehingga
hampir tidak muat dalam Tas sekolahku. Dan sesampainya di sekolah di absenlah
kami satu persatu bersama pesanan kemarin. Dan betapa kagetnya aku ternyata
yang dimaksud kakak seniorku tentang pentungan berwarna merah itu adalah permen
LOLY POP .. akhirnya akupun kena teriakan teman sekelasku dan ketawa ngakakk
kakak seniorku.
RENANG GAYA BATU
Aku yang dilahirkan di pegunungan yang tidak ada kolam renang
bahkan jika aku melihat sungaipun aku merasa takut dengan derasnya aliran air
sungai; dan di sekolah favoritku ini diwajibkan renang bagi seluruh siswanya,
sementara aku belum bisa sama sekali berenang dan aku memutuskan untuk tidak
ikut latihan berenang; kemudian selang beberapa bulan memasuki semester akan
diadakan tes renang sementara aku tidak pernah ikut latihan renang tapi aku
sangat berkeinginan untuk ikut karena untuk memenuhi tes prakter olah raga;
kalau aku tidak ikut maka aku tidak akan dapat nilai (pikirku waktu itu)
akhirnya akupun memutuskan untuk ikut tes renang meskipun teman sekelaskku pada
kompak untuk bolos tes renang.
Sesampainya di kolam renang ternyata cuaca
berubah mendung dan tak lama kemudian turunlah hujan deras dengan ditemani
petir, tapi anehnya guru ku tidak mengistirahatkan siswa-siswinya meskipun
ditengah hujan sederas itu. Tibalah giliranku berenang dan kebetulan aku
sendiri yang yang ikut tes untuk kelas 3A. Kolam sedalam 3 meter dan lebar
sepanjang 6 meter sudah terhampar dihadapanku yang diguyur hujan dan terikan
petir siang itu. Tiga dua satu priiit...! suara peluit guruku berbunyi
menandakan aku harus siap siaga dan langsung star berenang byuurrr aku pun
langsung berenang Alhamdulillah aku bisa berenang sejauh 2 meter dan aku sulit
untuk mencuri napas di tengah-tengah berenangku dan aku pun segera menepi dan
guruku berkata TERUSKAN tinggal sebentarlagi kamu sampai ke tujuan, kemudian
aku ikuti kata guruku untuk melanjutkan renangku agar sampai ke tujuan. Tapi
anehnya aku berenang tanpa membuka mataku karena terasa pedih karena air
kaporit kali sehingga aku berenang dengan merem dan kagetnya pas aku buka
mataku ternyata kok gelap ya di dalam air itu,,he dan pas aku lihat ada tangan
melambai-lambai dari atas seperti akan memberikan pertolongan dan ternyata aku
baru sadar kalau aku itu berenang dengan gaya batu bukannya maju malah
tenggelam dan akhirnya akupun pegang tangan itu ditariknya aku ke atas dan
memang itulah konyolnya aku,,hehe.
Keesokan harinya pas aku memasuki gerbang sekolah semua
teman-temanku yang kemarin ikut tes renang menanyaiku ini itu hingga aku
terkenal dari kelas ke kelas bahwa kemarin aku berenang dengan gaya batu,, hah
memalukan sekali (pikirku).
Bersambung.....
0 Response to "cerpen bahasa indonesia "
Posting Komentar